Senin, 28 Mei 2012

Gadis cantik tidak boleh jadi TKW.

 Oleh : Enov Bachrudin.

 Sudah tiga hari aku mencari pekerjaan bersama Anisa namun semua orang yang kutemui mengatakan : “Maaf, tidak ada lowongan”. Entah sudah berapa ribu langkah aku dan Anisa menempuh perjalanan dari rumahku yang jaraknya dengan kota Pekalongan kira-kira dua kilometer. Saat itu semangatku mulai memudar. Dan aku membayangkan bagaimana nanti seandainya aku tidak dapat pekerjaan? Sia-sialah ijazahku sebagai lulusan SMEA Negeri. Aku pandangi wajah temanku yang murah senyum, lincah dan memiliki wajah yang cantik manis yang sedang minum es campur dan duduk di bangku yang berhadapan dengan bangku tempat dudukku. Dia tersenyum padaku dan sepertinya ada perasaan yang terlukis di wajahnya. “Khamidah, sudah tiga hari kita mencari pekerjaan, tapi belum dapat juga seperti dua hari yang lalu. Dan yang kita dapatkan cuma ucapan : “Maaf, tidak ada lowongan”.

Tapi sabarlah Kham, siapa tahu ada hikmahnya. Apa yang tidak kita sukai terkadang malah baik buat kita. Dan apa yang kita sukai terkadang tidak baik buat kita. Manusia sekedar berusaha, tapi Tuhan yang menentukan”. Aku sangat terhibur oleh ucapan Anisa yang tulus. Memang benar apa kata Anisa : “Manusia sekedar berusaha, tapi Tuhan yang menentukan”. Dan bagiku ketentuan Tuhan apa saja akan aku terima, asal berakibat baik bagi duniaku dan akhiratku. Saya yakin Tuhan pasti akan memberi aku dan Anisa pekerjaan dan jalan hidup yang membahagiakan jalan hidupnya orang-orang yang diberi nikmat. Bukan jalan hidup orang-orang yang dimurkai, dan bukan jalan hidup orang-orang yang sesat. Nampaknya Anisa mengerti perasaanku yang terhibur oleh kata-katanya yang bagiku merupakan “Mauidhoh Khasanah” yang dapat menghibur perasaanku dan membangkitkan semangatku. Aku bersyukur pada Tuhan yang memberiku kesehatan dan kenikmatan. Jika Tuhan tidak memberiku kesehatan, tidak mungkin aku bisa menikmati segelas es campur ini. Kolang-kaling, pepaya, tape ketan, cincau dan buah durian yang ada di dalam gelas ini diciptakan Tuhan untukku. Aku bayangkan berapa juta tetes keringat orang yang ikut memproses terjadinya segelas es campur yang berada dalam genggaman tanganku ini. Kulihat Anisa sangat asyik menikmati buah yang ada dalam gelas dengan wajah ceria. Mungkin bagi Anisa belum dapat pekerjaan bukan masalah, yang penting dia sudah berusaha, dan masalah dapat pekerjaan atau tidak, itu urusan Tuhan.

Aku sangat bangga punya teman yang namanya “Anisa”. Dia punya budi pekerti yang baik, suka menolong, cerdas dan sabar. Aku membayangkan betapa bahagianya nanti lelaki yang bisa menjadi suaminya. Ketika isi gelasku hampir habis Anisa bertanya padaku : “Kham, mau nambah?” “Tidak!” jawabku pendek. Dan tiba-tiba Anisa mengeluarkan uang untuk membayar dua gelas es campur yang baru saja kami minum. “Nis, gantian dong, masak kamu yang bayarin terus. Tadi waktu berangkat mampir dulu ke warung bakso, kamu yang bayar”. “Itu namanya rezeki Kham, uangku belum tentu untukku. Begitu pula uangmu belum tentu untukmu. Karena yang mengatur rezeki itu Tuhan, bukan manusia”. “Lalu bagaimana, saya harus berterima kasih sama kamu apa sama Tuhan?” Anisa tertawa : “Kamu ada-ada saja Kham”.


“Terus terang aku jadi bingung”. “Tidak usah bingung, berterima kasihlah pada Tuhan”. “Tapi kamu yang memberi, kan?” “Ya, tapi hakikatnya Tuhan yang memberi”. Ibu yang menjual es campur itu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Aku dan Anisa meninggalkan tempat itu setelah Anisa menerima uang kembalinya. Kulihat matahari sudah condong ke sebelah Barat dan bayangan diriku condong ke sebelah Timur. Dan jam dinding “Toko Serba Ada” jarumnya menunjukkan jam 12.30. Maka kami berdua menuju musholla pasar Banjarsari yang baru direhab menjadi tiga tingkat. Setelah kami sholat dhuhur, aku dan Anisa pulang ke rumah jalan kaki. Dan jarak antara pasar Banjarsari dengan rumahku sekitar dua kilometer. **** Satu bulan kemudian aku menemui Anisa di rumahnya. Aku memberitahu bahwa aku sudah mendaftar di PT. “Kausar” untuk bekerja di luar negeri. Aku tidak memilih untuk penempatannya. Terserah akan dipekerjakan di negara mana saja asal gajinya sesuai dengan yang aku inginkan. Aku berharap agar Anisa memberi dorongan moril. Tapi sungguh tak kuduga Anisa tidak setuju kalau aku mau bekerja di luar negeri. “Kamu gadis cantik tidak boleh jadi TKW”. “Memangnya kenapa?” “Berbahaya, Kham” “Bahaya bagaimana?” “Ini tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Kamu jangan tiru-tiru seperti Tejon, Jaeton dan Warsinah, wajah mereka tidak berbahaya untuk jadi TKW”.

 “Ah...kamu semakin ngawur, Nisa” “Aku tidak ngawur, seandainya kedua orang tuamu masih hidup aku yakin mereka pasti tidak setuju kalau kamu mau bekerja di luar negeri sebagai TKW” Aku sangat kecewa dan tidak bisa menerima saran Anisa. Baru kali ini teman kebanggaanku beda pendapat dengan pendapatku. Biasanya aku dan Anisa bagai pinang dibelah dua. Memiliki pandangan hidup yang sama. Daripada nanti aku emosi, aku segera mohon diri untuk pulang ke rumah. Dan sebagaimana biasanya setiap aku dan Anisa akan berpisah berjabatan lebih dulu. Ketika aku sudah melewati pintu rumah, tiba-tiba Anisa memegang tangan kiriku dan berbisik di telingaku : “Gadis cantik tidak boleh jadi TKW”. Aku pura-pura tidak mendengar dan segera melangkah pulang. Di perjalanan pulang di telingaku seperti ada suara yang diulang-ulang : “Gadis cantik tidak boleh jadi TKW”. Perasaanku semakin dongkol dan rasanya ingin menjerit sekeras-kerasnya mumpung aku berada di jalan aspal yang membelah sawah. Anisa tidak mengerti kalau aku sudah terlanjur pinjam uang satu juta kepada Warsinah yang baru pulang dari Arab Saudi. Dan Warsinah sudah bisa beli rumah dan punya toko sembako, Tejon juga sudah bisa beli sawah dan punya dua ekor kerbau, Jaeton kabarnya sudah punya tanah di daerah pegunungan yang ditanami pohon cengkeh dan pohon melinjo. Padahal mereka cuma lulusan SD dan SMP. Kebetulan malam itu malam Jum’at, di sepanjang jalan menuju rumahku sudah di penuhi oleh para pedagang pasar tiban dan para pengunjung yang akan membeli barang-barang kebutuhannya. Aku juga ingin membeli baju batik di pasar tiban untuk persiapan kalau sewaktu-waktu aku harus berangkat bekerja ke luar negeri. Di pasar tiban aku bertemu dengan keponakanku yang bernama Rini. Aku agak pangling karena rambutnya tidak seperti biasanya. Mungkin rambutnya baru saja dipotong di salon kemudian mampir ke pasar tiban untuk membeli sesuatu. “Rini, kamu sama siapa?” “Sendirian, bulek”. Kemudian Rini mengajakku ke warung Mie Pangsit. Pasar tiban itu mirip dengan pasar malam. Disamping barang-barang dagangan yang dipajang di sepanjang jalan banyak juga mainan anak-anak. Maka ibu-ibu yang datang ke pasar tiban bukan cuma mau beli barang yang dibutuhkan, tapi juga bisa menghibur anak-anaknya. Ada tempat pemancingan, lempar-lempar bola, juga anak-anak ada yang naik kereta api mini. Pasar tiban merupakan jawaban dari sebuah kekalahan. Pasar tiban diciptakan oleh orang-orang kreatif yang kios-kiosnya digusur di pasar Banjarsari Pekalongan.

Pasar Banjarsari direhab menjadi tiga tingkat. Para pedagang kecil atau pedagang ekonomi lemah kebanyakan tidak bisa membeli kios. Maka kios-kios Pasar Banjarsari jatuh di tangan orang-orang yang berduit. Konon pasar Banjarsari Pekalongan merupakan pasar yang paling nyeleneh di seluruh Indonesia. Karena pasar Banjarsari adalah pasar tradisional yang digabung dengan mall atau pasar supermarket. Itulah pasar peninggalan walikota Samsudiat di akhir jabatannya sebagai walikota Pekalongan. Perdagangan yang laku setiap hari di pasar Banjarsari cuma sayuran dan sembako. Sedangkan kios yang lainnya banyak yang tutup. Karena para pembelinya yang terdiri dari empat puluh empat desa diserbu oleh para pedagang pasar tiban. Perdagangan mereka pakai sistem menjemput bola. Kios-kios mereka setiap hari bisa berubah-ubah dari desa ke desa. Oleh karena itu para pemilik kios pasar Banjarsari banyak yang bangkrut dan kiosnya ditutup. “Hei, kenapa bengong, bulek?” Aku cuma tersenyum. Kemudian dua mangkuk mie pangsit yang dipesan oleh Rini sudah siap disantap di depan mejaku dan di depan meja Rini. Sejak aku mau bekerja di luar negeri aku sering diajak ke tempat-tempat rekreasi ditraktir untuk menikmati makanan apa saja. Bakso dan mie pangsit adalah makanan favoritku. Rini sudah mengajakku dan mentraktirku di setiap warung bakso dan warung mie pangsit yang terkenal di kota batik Pekalongan. “Bulek, besok kita ke Slamaran makan bakso atau mie pangsit di warung yang menghadap ke pantai. Kita bisa makan dan minum sambil memandang perahu-perahu penangkap ikan. Kebetulan beberapa temanku mengajak ke sana, besok hari Jum’at biasanya banyak orang yang pergi ke pantai Slamaran dan di sana kita bisa menyaksikan matahari terbit”. “Terima kasih Rin, jam berapa kita ke sana?” “Jam setengah enam kita harus sudah sampai di pantai Slamaran”.
Setelah selesai makan mie pangsit aku dan Rini berjalan menuju kios penjualan baju dan celana.

 Aku tertarik dengan baju batik warna hijau lumut. Disainnya sangat artistik dan kainnya katun primissima. Aku lebih suka menggunakan kain katun. Di badan terasa nyaman dan bisa menyerap keringat. “Ini harganya berapa, Bu?” “Sembilan puluh ribu”. “Bisa kurang?” “Kurang berapa?” Ibu penjual baju batik itu balik bertanya sambil tersenyum. Ibu penjual baju itu masih memiliki sisa-sisa kecantikan meskipun mungkin usianya sudah lebih dari setengah abad. “Empat puluh lima ribu, Bu”. Ibu penjual baju itu tersenyum “Masih jauh, Dik”. “Jauhnya sampai dimana, Bu?” tanyaku ngawur “Ya jauh, tapi tidak sampai ke bulan”. Aku jadi tertawa, ternyata ibu ini seorang humoris dan sangat ramah. “Ya sudah lima puluh ribu”. “Belum dapat, Dik. Sekarang barang-barang harganya naik, malah banyak pengusaha batik yang stress gara-gara ada berita di TV BBM akan naik. Sekarang kain mori harganya naik, gondo naik, lilin naik. Sedangkan daya beli masyarakat belum bisa menyesuaikan kenaikan harga-harga barang. Ini baru berita akan naik. Nanti kalau BBM betul-betul naik sudah pasti harga barang akan melonjak dan harganya akan lebih mahal dari sekarang”.
Ternyata ibu penjual baju itu pandai bicara. Dia lebih cocok menjadi penceramah daripada menjadi penjual baju. Suaranya juga bagus, bila dia bernyanyi nyanyiannya mungkin enak didengar. Memang orang hidup di dunia ini banyak yang tidak pas. Mestinya dia jadi penyanyi, dia menjadi pembantu rumah tangga. Mestinya dia menjadi aktor, dia cuma menjadi penjual koran. Mestinya dia menjadi pemain bola, dia hanya menjadi tukang becak. Banyak orang yang hidup di dunia ini tidak bisa menemukan jati dirinya. Maka dalam mengarungi hidupnya terasa ada sesuatu yang tidak pas. Aku meneliti jahitan baju yang aku taksir. Jahitannya lumayan juga walau kurang begitu bagus. Maklum jahitan konveksi bukan jahitan person. Rini juga tertarik dengan baju batik warna coklat muda. Tapi dia belum menanyakan harga baju batik yang dia taksir. Mungkin dia menunggu transaksiku selesai. “Lima puluh lima, Bu”. “Kalau begitu bulan sudah dekat”. “Apa maksud Ibu?” Aku pura-pura tidak tahu maksudnya. “Ya sudah, pas enam puluh ribu. Ini tidak mahal, harga umum. Dan bila kamu pakai baju ini wajahmu akan seindah bulan purnama”.

Aku jadi malu, apalagi ada para pembeli yang lain. Setelah ibu penjual baju itu menyatakan harga pas enam puluh ribu, pengunjung pasar tiban yang berdiri di sampingku memegang-megang baju batik yang sedang aku tawar. Aku kuatir ibu yang usianya sekitar tiga puluh tahun itu wajahnya berseri-seri tanda sangat tertarik dengan baju yang sedang aku tawar. Kemudian ibu penjual baju itu mengerdipkan matanya kepadaku. Aku mengerti apa yang dimaksud oleh penjual baju itu. Maka aku langsung saja membayar enam puluh ribu. Dan ternyata ibu yang berdiri di sampingku itu wajahnya nampak kecewa dan melangkah pergi. “Kalau ini berapa, Bu?” tanya Rini “Sama seperti ini, enam puluh ribu”. Tanpa bicara sepatah kata Rini langsung membayar baju batik warna coklat muda yang merknya sama dengan baju yang aku beli, Batik “Panca Warna”. Konon batik “Panca Warna” milik pengusaha luar negeri yang menanamkan modalnya di Pekalongan ****

 Dua bulan kemudian aku dipanggil untuk datang ke PT. Kausar untuk mendapatkan pengarahan. Kemudian besoknya aku dan lima orang calon TKW lainnya diberangkatkan ke Semarang dan ditampung di rumah Bu Arni. Di rumah Bu Arni ternyata sudah ada sembilan orang. Mereka dari Surabaya, Magelang dan Kebumen. Maka jumlahnya menjadi lima belas orang. Dan kami di rumah Bu Arni Semarang selama satu minggu. Kemudian pada suatu malam sekitar jam delapan kami diberangkatkan ke Batam. Setelah menempuh perjalanan empat hari empat malam kami sampai di tempat tujuan, tempat penampungan para calon TKW yang berada di Batam. Bangunan tempat penampungan itu tiga tingkat dan luas tanahnya sekitar dua ratus meter persegi. Tingkat tiga dan dua untuk penampungan calon TKW dan tingkat satu atau paling bawah untuk para petugas yang dilengkapi dengan dua WC dan dua kamar mandi. Hari demi hari perasaanku semakin gelisah. Ada calon TKW yang stress, terkadang dia tertawa, tapi adakalanya dia menangis. Ternyata banyak calon TKW yang ingin kabur dari tempat penampungan. Tapi untuk kabur dari tempat penampungan sangat sulit. Karena semua uang calon TKW semuanya diminta untuk dititipkan kepada petugas penampungan. Dan para petugas memeriksa buku-buku milik para calon TKW. Bila terdapat alamat rumah di Batam, maka buku itu dirampas. Dan anehnya, memandang suasana luar lewat jendela dilarang keras. Tapi terkadang aku nekat melihat-lihat suasana luar lewat jendela meskipun hukumannya cukup berat. Sebagaimana biasanya beberapa hari sekali ada pengumuman nama-nama calon TKW yang akan diberangkatkan.

Ada yang menjadi pembantu rumah tangga, juru masak, dan ada yang memelihara anjing. Dan ada yang akan diberangkatkan tapi tidak ada keterangan mau kerja apa. Dan biasanya yang tidak ada keterangan kerjanya, adalah para calon TKW yang cantik. Sedang namaku belum pernah ditulis di papan pengumuman itu. Tiga hari kemudian aku dikejutkan oleh pengumuman yang ditulis di papan pengumuman. Aku dan empat orang yang lain akan diberangkatkan ke Singapura tapi tanpa keterangan. Dan diantara lima orang itu aku yang paling tidak cantik bila dibandingkan dengan empat orang lainnya. Laila dari Surabaya, Marni dari Wonogiri, Erna dan Elsa gadis kembar dari Tasikmalaya. Gadis anak kembar itu, Erna dan Elsa mestinya jadi pemain sinetron. Kulitnya kuning langsat, hidungnya mancung, rambutnya sebahu. Dua anak gadis kembar itu usianya sekitar delapan belas atau sembilan belas tahun. Mereka yang tadinya ramah suka berbicara menjadi pendiam setelah membaca papan pengumuman. Di malam hari pada saat para calon TKW yang lain tidur, aku baru saja ambil air wudhu di lantai bawah untuk sholat malam.

Dua gadis kembar itu menangis. Apalagi temannya ada yang usil, katanya mereka berdua_di Singapura akan dijadikan tambang emas atau akan disuruh melayani om-om yang suka dengan surga dunia. Setelah sholat beberapa rokaat aku memohon kepada Tuhan agar kami berlima tidak jadi berangkat ke Singapura. Tapi menurut logika, agar tidak jadi bekerja di Singapura, kami berlima harus kabur dari tempat penampungan. Sedangkan usaha untuk kabur sangat sulit sekali, karena penjagaan sangat ketat. Memang pernah ada calon TKW yang kabur, tapi setelah tertangkap petugas dihajar sampai babak belur. Aku berusaha menghibur diriku, bahwa Tuhan pasti akan mengabulkan do’aku karena bagi Tuhan membatalkan hal semacam itu sangat mudah, semudah aku membalikkan telapak tanganku. Baru saja aku selesai berdoa Erna dan Elsa berjalan menghampiri diriku. dan kemudian kakak beradik yang kembar itu duduk di depanku. “Mbak, daripada di Singapura dijadikan tambang emas oleh germo, lebih baik mati. Mari kita kabur” demikian kata Erna. “Ya Mbak, lebih baik kita mati”. Elsa menimpali ucapan kakaknya “Saya setuju, tapi jangan gegabah. Kita harus menunggu situasi yang tepat, bila penjaga lengah kita kabur”. “Terima kasih, Mbak” kata Erna dan Elsa Pintu keluar masuk apartemen itu selalu dijaga ketat oleh tiga orang satpam. Tapi adakalanya dijaga oleh dua orang, bahkan terkadang cuma dijaga oleh satu orang. Dan bila penjaga yang sendirian mau beli rokok, terpaksa harus beli sendiri dan pintunya terkadang lupa tidak dikunci. Untuk pergi ke warung rokok satpam itu harus keluar dari pintu kemudian berjalan ke arah kanan sekitar lima puluh meter, kemudian belok ke arah kiri dan berjalan sekitar empat puluh meter baru sampai di toko yang menjual rokok. Dan bila keluar dari pintu mengambil jalan ke kiri, kemudian berjalan sekitar tiga puluh meter, kemudian belok ke kanan dan berjalan sekitar lima puluh meter. Di situ ada pangkalan ojek. Kami tinggal menunggu kapan adanya kesempatan untuk kabur. ****

Pada hari Kamis jam lima sore Erna kabur dan tertangkap di pangkalan ojek, sedangkan ojek yang ditumpangi Elsa sudah jalan, bahkan Erna memerintahkan kepada tukang ojek agar jalannya dipercepat. Sedangkan Erna diseret oleh petugas untuk kembali ke tempat penampungan. Setelah di penampungan Bu Arni memerintahkan pada salah seorang petugas agar Erna diberi pelajaran. Maka Erna ditempeleng, ditendang, sehingga jatuh dan terkapar di atas lantai. Tapi tiba-tiba pintu penampungan itu digedor-gedor oleh Banser (Barisan Ansor Serbaguna) dan atapnya dilempari dengan batu. Para calon TKW sangat ketakutan, karena bila pintunya tidak dibuka gedung itu akan dibakar. Di sekitar tembok bangunan diguyur minyak tanah kemudian dibakar sebagai peringatan. Para calon TKW banyak yang menjerit ketakutan dan ada yang menangis berteriak-teriak minta tolong. Tidak lama kemudian petugas polisi datang, tapi mereka nampak tenang-tenang saja. Sedangkan puluhan Banser terus mendobrak pintu agar para calon TKW bisa keluar. Setelah jam sembilan malam pintu gedung penampungan TKW itu baru dibuka. Setelah beberapa puluh Banser masuk ke gedung penampungan aku baru tahu ternyata para Banser itu dipimpin oleh ibu Muslimat NU Batam yang berasal dari Kota Pekalongan. Sedangkan para Banser itu berasal dari Jawa Timur, tepatnya dari kota pahlawan, Surabaya. Bu Khotijah yang ketua Muslimat itu, mengadakan perundingan sampai larut malam dengan Bu Arni. Sebelum tidur aku melakukan sujud syukur. Semoga Tuhan memberiku jalan yang terang, jalan hidupnya orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalan hidup orang-orang yang dimurkai, dan bukan jalan hidup orang-orang yang sesat. Kemudian aku terbayang wajah seorang lelaki yang aku temui dua bulan yang lalu. Aku minta do’a dan nasihatnya agar aku bisa bekerja di luar negeri dengan selamat. Tapi ternyata lelaki yang aku minta do’a dan nasihatnya, Kyai Fulan, tidak merestui aku untuk bekerja di luar negeri. “Kalau kamu bekerja di luar negeri, nanti kamu akan menyesal, kamu akan rusak dan menjadi wanita murahan”. Saat itu hampir jam tiga malam kami para calon TKW dipindah ke asrama Haji Batam. Pagi harinya kami mendapat bantuan dari masyarakat Batam berupa makanan dan minuman. Setiap kali aku menerima bantuan aku menangis, bersyukur kepada Tuhan. Aku jauh dari kampung halamanku, uangku habis tapi aku masih bisa makan dan minum. Karena selama aku di asrama haji masyarakat Batam selalu membantu makanan dan minuman kepadaku dan para calon TKW lainnya yang jumlahnya lebih dari tiga ratus orang. Sekitar satu minggu atau sepuluh hari aku dan calon TKW yang lain ditampung di asrama haji Batam. Kemudian di malam hari diumumkan besok pada hari Senin semua calon TKW akan dipulangkan ke daerahnya masing-masing. Saat itu aku ngantuk dan berbaring di amben. Aku tak sadar sudah masuk ke dunia mimpi dan bertemu Anisa.
 “Gadis cantik tidak boleh jadi TKW”

Rabu, 09 Mei 2012

beli indonesia.80% pasar tekstil dikuasai oleh asing.195 tahun kekayaan alam kita dg permodalan asing,diatas 90% dikeruk.


heppy trenggono:80% pasar farmasi dan 90% industri teknologi juga dikuasai asing. round table discussion,rtd,di fisip undip,tembalang. sebelumnya di bandung,surabaya,yogyakarta. kiki syahnakri,ketua bidang pengkajian ppad,persatuan purnawirawan angkatan darat: proses pengesahan 71 uu ditongkrongi konsultan asing. termasuk uu no 25/2007 ttg penanaman modal. di dunia perbankan,kepemilikan saham oleh pihak asing bisa sampai 99%. juga di pertambangan & perkebunan. dalam uu penanaman modal disebutkan, haq guna usaha perusahaan asing 95 tahun, dan bisa diperpanjang di muka selama 65 tahun. perpanjangan ini keluar bersamaan dg izin prinsip, bahkan bisa kembali diperpanjang hingga 35 tahun. berarti 195 tahun kekayaan alam kita dg permodalan asing diatas 90% dikeruk. suara merdeka 9/5-12. kom:gimana cara menuntaskan pelaksanaan konstitusi: faqir miskin dipelihara negara?:pangan,sehat,rumah?

Selasa, 08 Mei 2012

dahlan iskan:dulu harga gula,3xlipat harga beras,sekarang hampir sama.


tulis dahlan iskan,menteri bumn,dalam radar pekalongan,8/5-12. tulisnya: di masa lalu harga gula itu selalu 3x lipat lebih mahal dari harga beras. sekarang harganya hampir sama; padahal menanam padi hanya perlu waqtu 3 bulan, sedang menanam tebu memerlukan masa 16 bulan. perlu penentuan dimulainya musim giling disepakati tanggalnya. memberikan jaminan rendemen minimal. prinsip bahwa gula itu bukan dibuat di pabrik gula, melainkan dibuat di ladang tebu. pabrik gula perlu dipimpin oleh generasi yg lebih muda yg masih bisa tidak tidur 2 hari 2 malam. kom:swasembada gula,ekspor gula,harus kita usahakan bersama.

Senin, 07 Mei 2012

biaya distribusi apel malang ke jakarta,makan biaya yg lebih mahal dibandingkan dg pengiriman apel fuji dari cina ke jakarta.


hal tersebut diatas dikatakan oleh franky sibarani,sekjen gabungan pengusaha makanan & minuman indonesia,gapmmi. selanjutnya,salah satu faktornya,infrastruktur. suara merdeka 7/5-12. kom:padahal antara malang dan jakarta masih dalam satu pulau. gimana kabarnya menteri perhubungan?

37 jt rp harga sarang burung walet langsung ekspor ke cina,5 jt rp kalau lewat malaysia.


menteri pertanian susmono,mengatakan hal tsb diatas,harga tujuh kali lipat,selanjutnya, itupun,disamping sangat murah,melalui jalur ilegal. potensi produksi sarang burung walet indonesia mencapai 400.000 ton/th. sentra penghasil sarang burung walet terbesar a.l.lumajang,gresik,jateng,jabar. suara merdeka 7/5-12. kom:semoga semua rakyat indonesia cepat jadi sejahtera.